Selamat dan Sukses Hari Bloger Nasional ke 16 ,Tanggal 27 Oktober 2023, Supportive – Working hard – Loving m regoly career – Leadership qualities – Personality – An ability to sell products – Disciplined – Getting along with people

Minggu, 10 Desember 2023

Program Sekolah Penggerak Membangun Ekosistem Sekolah Unggul

by Arif Nasdianto

Program Sekolah Penggerak adalah sebuah inisiatif dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui pengembangan sumber daya manusia (SDM) sekolah, mulai dari siswa, guru, hingga kepala sekolah. Program ini bertujuan untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia, yaitu menciptakan Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global.


Program Sekolah Penggerak memiliki lima intervensi utama, yaitu:


a. Pendampingan konsultatif dan asimetris, yaitu pendampingan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah, serta melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta.


b. Penguatan SDM sekolah, yaitu pemberian bantuan dan insentif untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan kepala sekolah dan guru, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan minat mereka.


c. Pembelajaran dengan paradigma baru, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada siswa, memanfaatkan teknologi, berbasis kompetensi dan karakter, serta sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa.


d. Perencanaan berbasis data, yaitu perencanaan program dan anggaran sekolah yang didasarkan pada data dan refleksi diri, serta dilakukan secara kolaboratif dan transparan.


e. Digitalisasi sekolah, yaitu pemanfaatan platform digital untuk mendukung proses pembelajaran, administrasi, komunikasi, dan evaluasi sekolah.


Program Sekolah Penggerak diharapkan dapat menjadi katalis untuk mendorong transformasi pendidikan di Indonesia, dengan melibatkan seluruh ekosistem pendidikan, baik di tingkat pusat, daerah, maupun masyarakat. Program ini juga diharapkan dapat membantu pemerataan mutu pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, baik di sekolah negeri maupun swasta.

Rabu, 22 November 2023

PERBEDAAN ANTARA ETIKA KERJA DAN ETOS KERJA

 


By Arif Nasdianto


Etika kerja dan etos kerja adalah dua konsep yang sering digunakan dalam konteks profesional, tetapi memiliki perbedaan makna. Secara umum, etika kerja merujuk pada prinsip-prinsip moral yang menjadi pedoman perilaku seseorang dalam bekerja, seperti kejujuran, tanggung jawab, integritas, dan keadilan. Sedangkan etos kerja merujuk kepada sikap, nilai, dan kebiasaan yang menunjukkan komitmen, dedikasi, dan semangat seseorang dalam bekerja, seperti kerja keras, disiplin, loyalitas, dan produktivitas.

Dengan demikian, etika kerja lebih berkaitan dengan aspek normatif dan ideal dari pekerjaan, yaitu apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan oleh pekerja. Etos kerja lebih berkaitan dengan aspek kinerja dan motivasi dari pekerjaan, yaitu bagaimana pekerja melakukan pekerjaannya dengan baik dan efektif. Keduanya saling berhubungan dan mempengaruhi kualitas dan hasil dari pekerjaan. Berikut adalah beberapa contoh perbedaan antara etika kerja dan etos kerja:

1. Seorang pekerja yang memiliki etika kerja tinggi akan menghindari tindakan yang merugikan perusahaan, pelanggan, atau rekan kerja, seperti korupsi, penipuan, atau pencurian. Seorang pekerja yang memiliki etos kerja tinggi akan berusaha untuk memberikan kontribusi maksimal bagi perusahaan, pelanggan, atau rekan kerja, seperti inovasi, kreativitas, atau kerjasama.


2. Seorang pekerja yang memiliki etika kerja tinggi akan menghormati aturan, prosedur, dan kode etik yang berlaku di perusahaan. Seorang pekerja yang memiliki etos kerja tinggi akan mengikuti aturan, prosedur, dan kode etik tersebut dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.

3. Seorang pekerja yang memiliki etika kerja tinggi akan menjaga integritas dan kepercayaan diri dalam bekerja. Seorang pekerja yang memiliki etos kerja tinggi akan meningkatkan kompetensi dan keterampilan diri dalam bekerja.




Sabtu, 28 Oktober 2023

IMPLEMENTASI PAUD HI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT TAHUN 2023

 By Arif Nasdianto


Implementasi PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) di Kota Administrasi Jakarta Pusat telah dilakukan sejak tahun 2014 dengan terbitnya Pergub DKI Jakarta nomor 191 tahun 2014 tentang Paud Holistik Intergratif dan Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 146).  Implementasi ini dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan swasta.

Berdasarkan Dapodik dan Emis bulan Agustus tahun 2023 Kota Administrasi Jakarta Pusat, jumlah satuan PAUD di Kota Administrasi Jakarta Pusat pada tahun 2023 adalah berjumlah 532  yang terdiri dari 188  TK, 31 Kelompok Bermain (KB), 223 Satuan PAUD Sejenis (SPS), Taman Penitipan Anak (TPA) dan 83 RA. (Raudhatul Athfal).  Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 menunjukkan data tentang jumlah dan jenis Lembaga PAUD di Kota Administrasi Jakarta Pusat pada tahun 2023.

                     Tabel 1. Data Jumlah Lembaga PAUD Tahun 2023

                         Sumber: Dapodik PAUD dan Dikmas, & Data IGRA Jakpus, Agustus 2023

Sedangkan Jumlah Peserta didik pada satuan PAUD di Kota Administrasi Jakarta Pusat secara keseluruhan berjumlah ; 15.816 anak, yang terdiri dari ; 6,288  anak TK,           685 anak KB,  6,091 anak SPS, 177 anak TPA dan 2.575 anak RA.. Data ini dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:


Tabel 2. Data Jumlah Peserta didik Pada PAUD

                              Sumber: Dapodik PAUD dan Dikmas, & Data Data IGRA Jakpus, Agustus 2023

 

Adapun Jumlah Tenaga pendidik  pada satuan PAUD di Kota Administrasi Jakarta Pusat secara keseluruhan berjumlah ;           1668  Orang Tenaga Pendidik , yang terdiri dari ;  555   Orang Tenaga Pendidik Paud Formal (TK),   59 orang KB,  585 orang SPS ,22 orang  TPA  dan 447 orang RA. Data ini dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 . Data Jumlah Tenaga Pendidik Pada PAUD

          Sumber: Dapodik PAUD dan Dikmas, & Data Data IGRA  Jakpus ,Agustus 2023


Ada 8 ( delapan ) komponen dalam penerapan PAUD HI di Satuan PAUDdi Kota Jakarta Pusat :

1. Pemantauan perkembangan anak 
2. Pemantauan  pertumbuhan anak
3. Penerapan PHBS
4.kelas orangtua
5. Penggunaan Sanitasi yg tepat 
6. Pemantauan gizi dengan koordinasi dengan unit lain
7pemberian PMTAS
8. Pemberian NIK

 

Ragam PAUD HI yang dapat dilakukan satuan PAUD dan dimaknai sebagai ragam.pilihan ;

1. Lingkungan menyediakn makan sehat
2. Integrasi dgn posyandu , puskesmas 
3. Mengecek kelengkapan imunisasi dlm Buku  KIA
4. Mendapafkan vit.A
5. Mendapatka obat cacing
6. Mengecek NIK utk anak usia dini 
7. Memjaga kesehatan fisik AUD terintegratis dengan pembelajaran di PAUD
8. Menjaga kesejahteraan psikologis AUD
9. Dll

Upaya pemerintah Kota Jakarta Pusat

Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung implementasi PAUD HI, antara lain:

  1. Melaksanakan kebijakan dan regulasi. Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat telah melaksanakan Pergub DKI Jakarta nomor 191 tahun 2014 tentang Paud Holistik Intergratif.
  2. Peningkatan   ketersediaan   layanan   PAUD.    Pemerintah      telah  meningkatkan ketersediaan layanan PAUD di Jakarta Pusat, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Pada tahun 2023, terdapat 532 lembaga PAUD di Jakarta Pusat, yang terdiri dari Taman Kanak-Kanak (TK), Taman Penitipan Anak (TPA), dan Kelompok Bermain (KB), Satuan Paud Sejenis (SPS), dan RA (Raudhatul Athfal)
  3. Peningkatan kualitas layanan   PAUD.   Pemerintah   telah   melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas layanan PAUD, antara lain melalui pelatihan guru, peningkatan sarana dan prasarana, serta pengembangan Kurikulum Merdeka (KOSP)
  4. Peningkatan aksesibilitas layanan PAUD. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan aksesibilitas layanan PAUD, antara lain melalui subsidi biaya PAUD dan pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) PAUD APBN dan BOP (APBD) Khusus lembaga PAUD Negeri
  5. Peningkatan    kapasitas   pendidik    dan tenaga  kependidikan  melalui Pembinaan strategi Pengasuhan. Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat telah memberikan pelatihan kepada pendidik dan tenaga kependidikan PAUD tentang PAUD HI. Program Pendidikan dan Pengasuhan bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak secara holistik. 
  6. Peningkatan   sarana dan   prasarana   PAUD. Pemerintah   Kota Administrasi Jakarta Pusat telah memberikan bantuan sarana dan prasarana PAUD, antara lain alat permainan edukatif dan media pembelajaran.
  7. Kerja sama dengan berbagai pihak.  Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat telah bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti sudin Dinas Kesehatan, sudin Dinas Sosial, dan Sudin Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Sudin Dukcapil, Bazis, Sudin Perpustakaan dan Kearsipan  dalam rangka implementasi PAUD HI.
  8. Program   Kelas   Orang   Tua. Program ini   bertujuan untuk memberikan informasi dan dukungan kepada orang tua tentang perkembangan anak dan pentingnya PAUD.
  9. Program Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Program ini bertujuan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala.
  10. Program    Pemberian Makanan T   ambahan Anak    Sekolah (PMTAS).   Program  ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
  11. Program   Literasi dan   Numerasi.    Program   ini bertujuan   untuk    mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi anak.
  12. Pembukaan PAUD HI baru di wilayah-wilayah yang belum terlayani.

Upaya masyarakat dan swasta

Masyarakat dan swasta juga turut berperan dalam mendukung implementasi PAUD HI di Jakarta Pusat. Beberapa contoh upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan swasta, antara lain:

  1. Pembentukan   lembaga   PAUD   berbasis masyarakat. Masyarakat telah membentuk berbagai lembaga PAUD berbasis masyarakat, seperti Satuan Paud Sejenis BKB, dan KB binaan masyarakat.
  2. Pemberian    bantuan   kepada lembaga PAUD. Swasta    telah   memberikan  bantuan kepada lembaga PAUD, baik dalam bentuk dana, barang, maupun tenaga.
  3. ·       Sosialisasi   dan kampanye PAUD. Masyarakat dan swasta telah melakukan sosialisasi dan kampanye PAUD untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya PAUD.

Upaya dan Program-program tersebut di atas diharapkan dapat mendukung tumbuh kembang anak secara holistik dan mempersiapkan anak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Hasil implementasi PAUD HI

Implementasi PAUD HI di Jakarta Pusat telah memberikan beberapa hasil positif, antara lain:

  1. Meningkatnya jumlah anak usia dini yang terlayani PAUD. Pada tahun 2023, jumlah anak usia dini yang terlayani PAUD di Jakarta Pusat mencapai 100%.
  2. Meningkatnya kualitas layanan PAUD. Kualitas layanan PAUD di Jakarta Pusat telah meningkat, baik dari segi sarana dan prasarana, kurikulum, maupun kompetensi guru.
  3. Meningkatnya    kesadaran    masyarakat    akan    pentingnya   PAUD.    Kesadaran masyarakat akan pentingnya PAUD telah meningkat, ditandai dengan meningkatnya jumlah masyarakat yang menyekolahkan anaknya di PAUD.

Tantangan dan hambatan

Meskipun telah memberikan hasil positif, implementasi PAUD HI di Jakarta Pusat masih menghadapi beberapa tantangan dan hambatan, antara lain:

1. Ketersediaan anggaran.   Anggaran   untuk PAUD masih terbatas, sehingga pemerintah          dan swasta perlu bekerja sama untuk meningkatkan anggaran PAUD.
2. Kualitas guru.   Kualitas  guru PAUD masih perlu ditingkatkan, baik dari segi kompetensi          maupun kesejahteraan
3. Pemahaman  masyarakat.  Masih   ada  masyarakat yang belum memahami pentingnya          PAUD.
4. Masih ada pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang belum kompeten.
5. Masih ada sarana dan prasarana PAUD yang belum memadai 
6. Kerja sama antara berbagai pihak yang belum optimal.

Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat terus berupaya untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, sehingga implementasi PAUD HI di Kota Administrasi Jakarta Pusat dapat berjalan dengan optimal.

Kesimpulan

Implementasi PAUD HI di Jakarta Pusat sejak tahun 2014 telah memberikan hasil positif, namun masih menghadapi beberapa tantangan dan hambatan. Pemerintah, masyarakat, dan swasta perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan dan hambatan tersebut, sehingga implementasi PAUD HI dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.

 

VIDEO
SUCCESS STORY IMPLEMENTASI PAUD HOLISTIK INTEGRATIF 
KOTA ADM. JAKARTA PUSAT







Minggu, 22 Oktober 2023

ACUAN KEBERHASILAN SEBUAH KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH


Tidak ada standar nilai batas yang baku untuk menentukan keberhasilan dari sebuah komunitas belajar. Namun, ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai acuan, yaitu:*


1.    Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah atau lembaga penyelenggara komunitas belajar. KKM adalah standar yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja siswa dalam bentuk angka atau skor, dan ditentukan berdasarkan standar kurikulum dan kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam suatu periode waktu tertentu KKM dapat berbeda-beda untuk setiap mata pelajaran, jenjang, atau jenis komunitas belajar. KKM dapat digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik secara individual atau kelompok.

2.    Indikator kinerja utama (IKU) yang ditetapkan oleh penggerak atau fasilitator komunitas belajar. IKU adalah ukuran yang digunakan untuk menilai sejauh mana tujuan dan sasaran dari komunitas belajar telah tercapai. IKU dapat berupa kuantitatif atau kualitatif, dan ditentukan berdasarkan visi, misi, dan nilai bersama dari komunitas belajar. IKU dapat digunakan untuk mengukur efektivitas proses dan dampak dari komunitas belajar secara keseluruhan.

3.    Rapor pendidikan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek RI Rapor pendidikan Indonesia adalah alat ukur yang berorientasi pada mutu dan pemerataan hasil belajar (output), serta relevansi dan efisiensi sistem pendidikan (outcome). Rapor pendidikan Indonesia menggunakan empat indikator utama, yaitu akses, kualitas, relevansi, dan tata kelola. Rapor pendidikan Indonesia dapat digunakan untuk membandingkan kinerja sekolah atau lembaga penyelenggara komunitas belajar dengan standar nasional atau internasional.


* Catatan : By Arifnasdianto

STANDAR EVALUASI KOMUNITAS BELAJAR DALAM SEKOLAH

Standar evaluasi yang harus diikuti oleh komunitas belajar dalam sekolah adalah sebagai berikut:*


  1. Standar evaluasi yang merujuk pada tiga ide besar dari komunitas belajar, yaitu fokus pada pembelajaran, membudayakan kolaborasi dan tanggung jawab kolektif, dan berorientasi pada hasil. Standar evaluasi ini mengukur sejauh mana komunitas belajar dapat menjawab empat pertanyaan kunci tentang pembelajaran peserta didik, yaitu: Apa yang harus dipelajari peserta didik? Bagaimana kita tahu bahwa peserta didik sudah belajar hal tersebut? Bagaimana respon kita jika peserta didik tidak belajar? Bagaimana kita akan memperkaya untuk peserta didik yang sudah mahir?

  2. Standar evaluasi yang merujuk pada lima dimensi dari komunitas belajar, yaitu kepemimpinan bersama yang saling mendukung, nilai dan visi bersama, pembelajaran kolektif dan penerapannya, berbagi praktik baik, dan kondisi yang mendukung (hubungan dan struktur). Standar evaluasi ini mengukur sejauh mana komunitas belajar dapat menciptakan suasana belajar bersama yang harmonis, produktif, dan berkelanjutan. Standar evaluasi ini juga mengukur sejauh mana komunitas belajar dapat menerapkan hasil pembelajaran kolektifnya ke dalam praktik pembelajaran di kelas dan memberikan umpan balik yang konstruktif untuk perbaikan berkelanjutan.

  3. Standar evaluasi yang merujuk pada siklus komunitas belajar, yaitu rencana, laksana, pantau, dan evaluasi. Standar evaluasi ini mengukur sejauh mana komunitas belajar dapat menyusun rencana kegiatan yang jelas dan terukur, melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah disusun, memantau kemajuan dan dampak dari kegiatan komunitas belajar, dan mengevaluasi proses dan hasil dari kegiatan komunitas belajar.


Alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam proses evaluasi sebuah komunitas belajar adalah sebagai berikut:


  1. Tes: Tes adalah alat evaluasi yang berupa pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh peserta didik. Tes dapat berupa tes objektif, seperti pilihan ganda, benar-salah, isian singkat, atau tes subjektif, seperti uraian, esai, atau portofolio. Tes dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, pemahaman, keterampilan, atau sikap peserta didik terkait dengan topik pembelajaran yang telah dipelajari di komunitas belajar.

  2. Nontes: Nontes adalah alat evaluasi yang tidak berupa pertanyaan atau tugas, tetapi berupa pengamatan, wawancara, atau angket. Nontes dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek yang tidak dapat diukur dengan tes, seperti kinerja, perilaku, motivasi, minat, kepuasan, atau partisipasi peserta didik dalam komunitas belajar. Beberapa contoh alat evaluasi nontes yang dapat digunakan dalam komunitas belajar adalah:


  1. Observasi: Observasi adalah alat evaluasi yang berupa pengamatan secara sistematis terhadap aktivitas, interaksi, atau hasil kerja peserta didik dalam komunitas belajar. Observasi dapat dilakukan oleh guru, teman sejawat, atau diri sendiri. Observasi dapat menggunakan pedoman observasi (checklist) atau skala penilaian (rating scale) untuk mencatat dan menilai aspek-aspek yang diamati.

  2. Wawancara: Wawancara adalah alat evaluasi yang berupa pertanyaan lisan yang diajukan oleh guru kepada peserta didik untuk mengetahui pendapat, pengalaman, atau masukan mereka tentang komunitas belajar. Wawancara dapat dilakukan secara individual atau kelompok. Wawancara dapat menggunakan pedoman wawancara (interview guide) untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan..

  3. Angket: Angket adalah alat evaluasi yang berupa pertanyaan tertulis yang harus diisi oleh peserta didik untuk menyatakan sikap, persepsi, atau kebutuhan mereka terkait dengan komunitas belajar. Angket dapat menggunakan skala Likert, skala Guttman, skala Thurstone, atau skala semantik diferensial untuk mengukur tingkat kesetujuan atau kepuasan peserta didik.


*Catatan: by Arif Nasdianto

LANGKAH LANGKAH PEMBENTUKAN DAN EVALUASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH


Komunitas belajar dalam sekolah merupakan salah satu cara untuk merealisasikan kolaborasi antar
pendidik yang dapat meningkatkan kompetensi profesional mereka. Dengan adanya komunitas belajar dalam sekolah, diharapkan pendidik dapat memberikan pengalaman belajar yang berkualitas bagi semua peserta didik. Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang komunitas belajar dalam sekolah, Anda dapat mengunjungi situs (Merdeka Mengajar) atau membaca artikel (Komunitas Belajar untuk Mendukung Kurikulum Merdeka). *

Untuk memulai komunitas belajar dalam sekolah, Anda dapat mengikuti beberapa langkah berikut ini:


  1. Menentukan tujuan, visi, dan nilai bersama dari komunitas belajar yang ingin dibentuk. Anda dapat melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan dalam sekolah untuk menyepakati hal-hal tersebut.

  2. Menentukan anggota, struktur, dan peran dari komunitas belajar. Anda dapat membentuk tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang yang memiliki minat, kebutuhan, atau tantangan yang sama. Anda juga dapat menunjuk seorang koordinator atau fasilitator yang bertugas mengelola dan mengkoordinasikan kegiatan komunitas belajar.

  3. Menentukan topik, sumber daya, dan metode pembelajaran kolektif yang akan dilakukan oleh komunitas belajar. Anda dapat memilih topik yang relevan dengan kurikulum merdeka, kebutuhan peserta didik, atau tantangan pembelajaran di sekolah. Anda juga dapat mencari sumber daya yang terpercaya dan terkini dari berbagai media, seperti buku, jurnal, artikel, video, webinar, atau platform Merdeka Mengajar. Anda juga dapat menentukan metode pembelajaran kolektif yang sesuai dengan topik dan sumber daya yang dipilih, seperti diskusi, presentasi, brainstorming, simulasi, atau studi kasus.

  4. Menyusun rencana dan jadwal kegiatan komunitas belajar. Anda dapat menentukan frekuensi, durasi, waktu, dan tempat kegiatan komunitas belajar. Anda juga dapat menentukan indikator dan alat penilaian untuk mengukur kemajuan dan dampak dari komunitas belajar.

  5. Melaksanakan kegiatan komunitas belajar sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah disusun. Anda dapat melakukan kegiatan komunitas belajar secara tatap muka atau daring, tergantung pada kondisi dan ketersediaan anggota. Anda juga dapat melakukan kegiatan komunitas belajar secara sinkron (bersamaan) atau asinkron (tidak bersamaan), tergantung pada metode pembelajaran kolektif yang dipilih.

  6. Menerapkan hasil pembelajaran kolektif ke dalam praktik pembelajaran di kelas. Anda dapat mencoba praktik baik yang telah dipelajari atau dibagikan oleh anggota komunitas belajar lainnya. Anda juga dapat memberikan umpan balik kepada anggota komunitas belajar tentang praktik baik tersebut.

  7. Mengevaluasi dan merefleksikan proses dan hasil dari komunitas belajar. Anda dapat menggunakan data dan bukti untuk menilai apakah tujuan, visi, dan nilai bersama dari komunitas belajar telah tercapai. Anda juga dapat merefleksikan apa yang telah berhasil dan apa yang perlu diperbaiki dari komunitas belajar.


Mengevaluasi keberhasilan dari komunitas belajar, ada beberapa langkah berikut ini:


  1. Menentukan tujuan dan sasaran dari komunitas belajar, seperti apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mengukurnya, dan kapan waktunya. Anda dapat merujuk pada visi, misi, dan nilai bersama yang telah disepakati oleh anggota komunitas belajar.

  2. Menentukan metode dan alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran dari komunitas belajar. Anda dapat menggunakan berbagai metode dan alat evaluasi, seperti kuesioner, wawancara, observasi, portofolio, jurnal refleksi, tes, atau rubrik.

  3. Melaksanakan evaluasi secara berkala dan sistematis selama proses komunitas belajar berlangsung. Anda dapat melakukan evaluasi pada setiap tahapan kegiatan komunitas belajar, seperti sebelum belajar, selama belajar, setelah belajar, dan aksi nyata.

  4. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data hasil evaluasi dengan menggunakan teknik statistik atau kualitatif yang sesuai. Anda dapat menggunakan bantuan aplikasi atau perangkat lunak untuk mempermudah proses ini.

  5. Menyajikan dan melaporkan hasil evaluasi kepada anggota komunitas belajar dan pihak terkait lainnya. Anda dapat menggunakan berbagai media untuk menyajikan hasil evaluasi, seperti tabel, grafik, diagram, narasi, atau presentasi.

  6. Merefleksikan dan merekomendasikan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi. Anda dapat mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dari komunitas belajar. Anda juga dapat memberikan saran atau masukan untuk perbaikan atau pengembangan komunitas belajar di masa depan.


*Catatan: By Arifnasdianto

TIGA IDE BESAR DAN LIMA DIMENSI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH

Komunitas belajar dalam sekolah adalah salah satu strategi yang dianjurkan oleh Kemendikbudristek untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka. Komunitas belajar dalam sekolah adalah sekelompok pendidik dan tenaga kependidikan dalam satu sekolah yang belajar bersama-sama dan berkolaborasi secara rutin dengan tujuan yang jelas dan terukur untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik.*


Komunitas belajar dalam sekolah merujuk pada konsep Professional Learning Community yang dikembangkan oleh DuFour, et al. (2021). Konsep ini memiliki tiga ide besar, yaitu:


  1. Fokus pada pembelajaran: 

Komunitas belajar dalam sekolah harus berfokus pada pembelajaran peserta didik dengan menjawab empat pertanyaan kunci, yaitu: Apa yang harus dipelajari peserta didik? Bagaimana kita tahu bahwa peserta didik sudah belajar hal tersebut? Bagaimana respon kita jika peserta didik tidak belajar? Bagaimana kita akan memperkaya untuk peserta didik yang sudah mahir?

  1. Membudayakan kolaborasi dan tanggung jawab kolektif: 

Komunitas belajar dalam sekolah harus menciptakan suasana belajar bersama yang saling tergantung, saling mendukung, dan saling bertanggung jawab atas proses pembelajaran dan keberhasilan semua peserta didik.

  1. Berorientasi pada hasil: 

Komunitas belajar dalam sekolah harus menggunakan data dan bukti untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.


Selain tiga ide besar, komunitas belajar dalam sekolah juga harus memiliki lima dimensi, yaitu:


  1. Kepemimpinan bersama yang saling mendukung: Komunitas belajar dalam sekolah harus memiliki pemimpin yang mendorong, memfasilitasi, dan menghargai partisipasi semua anggota komunitas dalam proses belajar bersama.

  2. Nilai dan visi bersama: Komunitas belajar dalam sekolah harus memiliki nilai dan visi yang sama tentang apa yang diharapkan dari pembelajaran peserta didik dan bagaimana mencapainya.

  3. Pembelajaran kolektif dan penerapannya: Komunitas belajar dalam sekolah harus melakukan pembelajaran kolektif secara terstruktur, sistematis, dan berkelanjutan dengan menggunakan sumber daya yang relevan dan terpercaya. Komunitas belajar dalam sekolah juga harus menerapkan hasil pembelajaran kolektifnya ke dalam praktik pembelajaran di kelas.

  4. Berbagi praktik baik: Komunitas belajar dalam sekolah harus saling berbagi praktik baik yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Komunitas belajar dalam sekolah juga harus saling memberi umpan balik yang konstruktif untuk perbaikan berkelanjutan.

  5. Kondisi yang mendukung (hubungan dan struktur): Komunitas belajar dalam sekolah harus menciptakan kondisi yang mendukung proses belajar bersama, seperti hubungan yang harmonis, saling percaya, dan saling menghormati antara anggota komunitas. Komunitas belajar dalam sekolah juga harus memiliki struktur yang memungkinkan waktu, tempat, dan sumber daya yang cukup untuk melakukan kegiatan komunitas.


*Catatan By Arifnasdianto